Tak sekedar mindfulness

SECERCAH HENING
Jumat, 1 November 2024
Hari Raya semua orang kudus

Mat 5 : 1-12a

Melukis hari dengan rasa,
Merindu kepenuhan yg didamba,
Teguh mencari bahagia jiwa,
Meneguk tetesan sejuk surga.

Bahagia menembus rasa,
Memeluk samodra dalam jiwa,
Melukis senja menepis dosa,
Mendekat padaNya sumber bahagia.

Di jaman yg makin maju orientasi hidup bahagia makin disadari, dikejar dan ingin dipenuhi oleh setiap orang sebagai bagian dari kepenuhan hidup. Bahkan kesuksesan sebuah bangsa bisa diukur juga dari tingkat kebahagiaan warganya. Banyak upaya manusia modern menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukan soal terpenuhinya hal-hal duniawi, tetapi sebuah fokus kesadaran yg dibangun dan kedalaman hati dan cinta maka gerakan “mindfulness” menjadi sangat laku keras dan diminati oleh orang yg ingin menemukan kebahagiaan hidup di tengah padatnya rutinitas pola hidup modern. Padahal kebahagiaan sejati juga bukan sekedar membangun pola mindfulness. Tetapi ukuran kebahagiaan sejati adalah representatif dari sabda bahagia Yesus yakni :

“Berbahagialah orang yg miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yg berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yg lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yg lapar akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan… “.

Para kudus yg kita rayakan hari ini memberikan model kepada kita bahwa mereka disebut berbahagia pertama tama karena telah mengambil bagian pada kemiskinan dan penderitaan dalam perjuangan mengikuti Kristus. Dan kehausan mereka akan kebenaran dialami dalam perjumpaan dengan Tuhan yg dirindukannya. Semoga dengan inspirasi sabda hari ini kitapun mampu mengusahakan kebahagiaan bukan sekedar ‘mindfulness’ semata yaitu membangun kesadaran dari kedalaman hati, lewat keheningan batin untuk mencapai kematangan emosi dan kesadaran spiritual, tetapi hidup yg disemangati oleh semangat Yesus yg terfokus pada terwujudnya kehendak Bapa-Nya. Semoga kebahagiaan yg ditawarkan Yesus tidak membuat kita takut dan galau tetapi makin berani mengandalkan Allah dalam segala sesuatu. Bahwa kebahagiaan kita tidak lagi ditentukan oleh kepemilikan harta tetapi kebebasan batin, untuk mengandalkan Allah dengan hati yg damai dan cinta. Maka jika hidupmu berantakan karena kurang berkecukupan untuk hidup lebih baik, menepilah sejenak samakan frekuensi hidupmu dengan Allah, sambil bersyukurlah dan tersenyumlah dengan apa yg ada padamu saat ini.

Contemplating
Mari kita heningkan seluruh diri kita, dan menimba kebahagiaan sejati pada Allah.

Actuating
Pola hidup apa yg perlu kubiasakan dan kuubah agar berani mengusahakan kebahagiaan dengan mengikuti kehendak Allah.

Reflecting
Apakah hidupku setiap hari telah memperlihatkan pertumbuhan menjadi bahagia karena hidup dalam semangat Kristus.

Praying
Allah Bapa di surga, kami bersyukur Engkau telah menumbuhkan kesadaran untuk membangun kebahagiaan hidup kami seturut dengan kehendak-Mu demi keselamatan kami. Dalam Kristus Putera-Mu Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Salam Veritas
Berkah Dalem
Sr. Albertine. OP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *